Kamis, 26 Maret 2015

Pergi ke Masa Lalu Bersama White Shoes and the Couples Company


Haloo wilda kembali. lagi stress bingit sama dunia perskripsian jadi cari pelarian dengan nulis review aja. Cukup dengan curcol satu kalimatnya, kali ini gue mau ngebahas band asal kota ku tercitantah Djakartahhhh,  White shoes and the couple company. Nama yang aneh dan cukup panjang untuk sebuah band.

Band ini dibentuk oleh sepasang kekasih Aprilia Apsari pada posisi vocal/violin & Yusmario Farabi pada posisi gitar rythm lantas mereka mengajak teman satu fakultas yang cukup dekat dengan mereka Saleh pada gitar akustik, dilanjutkan dengan sepasanga suami istri, Ricky pada posisi Bass & Cello serta Mela pada posisi Keyboard, Piano & Viola. Terakhir Ricky mengusulkan untuk merekrut kenalannya, John Navid yang juga dari fakultas musik yang menduduki posisi drummer. Mereka semua berkuliah di IKJ, kampus kesenian di kawasan Jakarta Pusat  yang udah banyak ngelahirin band-band ketjehh kaya NAIF dan Club 80’s. Band beraliran pop/funk/jazz  yang mengusung tema retro tahun 70-an ini terbentuk pada tahun 2002.  
Awal perkenalan gue dengan band ini udah lumayan lama, kira-kira waktu SD (kenapa selalu pas SD?) jaman-jaman gue jadi anak nongkrong MTV (aseeekkk anak nongkrong). MTV waktu itu nayangin video clip WSATCC (gue singkat aja ya, kepanjangan) yang judulnya Windu Defrina. Gue sempet ngira itu lagu jadul karena konsep videonya bener-bener keliatan kaya tahun 70-an banget. Dari kamera, musicnya, sampe style personelnya bener-bener kaya di tahun 70-an. Bener-bener keren dan terkonsep.
Gue emang ga begitu terlalu ngkutin banget band ini. Lagu-lagunya pun ngga banyak gue tau. Belakangan gue lagi tergila-gila banget sama hal-hal yang berbau vintage. Everything about vintage gue jelajahin, dan sampailah gue kepada WSATCC, dan baru menyadari mereka memang bener-benef band yang berkonsep retro secara TOTAL. Dari semua band-band indie yang kenal WSATCC emang juaranya band beraliran retro.
Sari sang vokalis saat tampil bernyanyi kerap menampilkan aksi dance ala-ala 60an yang sampe sekarang gue gatau apa nama dance itu. Semua lagu-lagu mereka juga bener-bener kerasa banget retronya.  Salah satu lagu WSATCC yang gue suka ada “Kisah Dari Selatan Jakarta”. Lagunya easy listening abis, cocok buat nenangin suasana hati yang lagi cekit-cekit gitu (apalagi yang lagi stresin skripsi macem gue). Konsep video clipnya juga ciamik abis. Simple tapi nuansa retronya dapet banget, walau sampe sekarang otak gue gak nyampe sama lirik lagunya. Bahasanya agak berat terus pola kalimatnya agak ngejelimet (maaf otak saya Pentium 1 hiks hiks). But I recommend you heard that song lah!
Sayang lima ribu sayang seperti biasa band ini kurang terkenal di Indonesiah negeri tercintahh kita ini, seperti biasa kuping masyarakat kita belum terbiasa dengan music-music yang non mainstream kaya WSATCC. Tapi jangan salah, walau tidak terkenal di negaranya sendiri WSATCC cukup terkenal di Internasional, terbukti dengan bergabungnya WSATCC dengan  label independen dari Chicago, Minty Fresh.
Band ini bakalan jadi role model gue dalam hal vintage, masih mendalami dunia pervintagean karena baru menyadari kalo hidup gue dari sejak lahir emang udah berhubungan sam hal-hal yang berbau jadul. Sedikit beberapa foto dari WSATCC yang gue dapet dari om google.  Mereka keceeeeeeeeee ><






Kamis, 12 Maret 2015

Jangan Terlalu Naif Kalau Belum Tau "NAIF"


Kali ini gue mau bahas bandasal Indonesia yang udah berkiprah di industry music lebih dari 19 tahun lamanya #tsahhhabahasague haha. Yap! Band ini adalah NAIF. Kenapa NAIF? Ya karena gue sangat mengidolakan mereka.
Band jebolan IKJ yang udah gue kenal sejak TK ini (kayanya) di gawangi oleh  "David" Bayu Danang Jaya (vokal), Mohammad “Emil” Amil Hussein (basskiborvokal), Fajar “Jarwo” Endra Taruna / Mr. J(gitarvokal), Franki “Pepeng” Indrasmoro Sumbodo (drumperkusivokal) berdiri pada tanggal 22 Oktober 1995 di Jakarta. Sebelumnya band ini beranggotakan lima personel but salah satu personel yaitu Chandra (Keyboard) mengundurkan diri karna doi pengen focus sama karier yang sesuai sama bidang akademisnya. Band yang selalu khas dengan gaya retronya ini udah ngeluarin delapan album. Album terkahir mereka yaitu PLANET CINTA tahun 2011.
(album pertama Naif yang mungkin 10 tahun lagi bakalan jadi barang langka)
Dulu gue biasa aja sama band ini. Abang pertama gue kebetulan beli kaset dari album pertama mereka “jangan terlalu NAIF” kira-kira tahun 1998 dan sering banget nyetel lagu-lagu mereka. Karena sering dengerin juga, secara gak sadar gue jadi afal semua lagu-lagunya. Tapi ya karena waktu itu gue masih amat sangat kecil gue cuma sekedar tau dan afal tanpa tau arti dari lagu-lagu tersebut. Awal mula mulai suka dengan band ini kira-kira waktu gue baru lulus SD. Waktu itu kebetulan gue lagi sedih karna gak keterima di SMP negeri dan abang kedua gue ngebeliin kaset NAIF (lupa itu kaset dari album THE BEST apa RETROPOLIS) tahun 2005. Sejak saat itu gue mulai jatuh cinta sama NAIF dan mulai ikutin semua lagu-lagu mereka.  
Band ini bener-bener punya ciri khas mereka sendiri. Dari awal kemunculannya, mereka upunya konsep yaitu bergaya retro tahun 70an. Dengan celana cutbray dan potongan rambut mereka yang klasik, ditambah muka mereka yang emang keliatan klasik abis (bang jarwo yang paling keliatan klasik #pissbang). Gaya music mereka juga ciamik abis. NAIF sendiri ngga pernah mematok genre music mereka, tapi menurut gue music mereka lebih ke pop.
Naïf udah banyak ngeluarin lagu-lagu bagus dan melegenda (lebay). Contohnya kaya lagu Posesif. Siapa sih yang ngga tau lagu ini “bila ku mati kau juga mati walau tak ada cinta sehidup semati” sedikit sepenggal lirik dari lagu ini.  Video clip dari lagu ini nampilin seorang waria (alm Avy) yang lagi siap-siap buat dines males aka mangkal. Berdandan layaknya perempuan terus lari-larian di jalanan dengan muka keliatan bahagia banget abis itu berpose di bawah terowongan . Sampe sekarang gue ngga ngerti sama hubungan lagu dan video clipnya, tapi karena video clip dan liriknya, lagu ini bener-bener jadi melegenda. Banyak juga lagu–lagu NAIF yang melegenda dan cukup akrab di para penikmat music negeri ini kaya piknik 72, mobil balap, air dan api dan benci untuk mencinta. Menurut gue sebenernya banyak banget lagu-lagu NAIF yang bagus dengan lirik yang badai macem jikalau, hidup itu indah, nanar, imaginary son tapi karena liriknya kurang bisa di terima sama orang-orang awam, jadi hanya orang yang bener-bener mengerti music (contohnya gue #hahapede) yang suka dengan musicalitas NAIF.  
Band ini memang keliatan udah ngga kedengeren gaungnya, karena memang beberapa tahun belakangan ini banyak band-band baru bermunculan di Indonesia. Tapi NAIF tetap ngeluarin karya-karyanya dan tetap eksis di permusikan negeri ini. Ya walaupun mereka lebih banyak off air. Menurut gue juga pasar di TV TV Indonesia udah keliatan ngga cocok sama mereka. Kiprah band ini emang ngga sebooming band-band Indonesia lainnya macam dewa 19, peterpan, atau Sheila on7 karena NAIF menurut gue punya ciri khasnya sendiri dan ngga mainstream kaya band-band di atas makanya penikmat music mereka pun ngga sebanyak band-band mainstream yang lagunya cinta-cintaan melulu. Nah karena itu buat gue NAIF sangat amat special. Mereka ngga keluar dari jalurnya dan tetep berpendirian dengan apa yang mereka sukai.
NAIF cukup banyak terinfluence The beatles dan kayanya mereka juga mengidolakan The beatles. Terbukti mereka menuangkan kecintaan mereka pada The beatles dengan membuat video clip “hidup itu indah” (lanjutan video clip jikalau) dengan konsep yang sama dengan konsep dari video clip Hey jude nya The beatles. Kerennya di lagu Hidup itu Indah semua personel NAIF nyanyi dan semua pendukung di lagu itu keliatan happy. Gue sendiri suka lagu dan video clipnya karena liriknya ringan dan menginspirasi banget.
Belakangan ini nama NAIF mulai kedengeran lagi karena transformasi dari sang vokalis yaitu bang David Bayu dari yang agak gemuk jadi super tampan. Vokalis yang selalu ngelawak (dan karena doi yang suka ngelawak dulu gue sempet ngira NAIF itu band lawak macem teamlo haha) jadi tampan dan keliatan sepuluh tahun lebih muda dari umurnya. Doi sekarang jadi doyan ngegym dan sangat memperhatikan penampilannya. Doi yang dulu yang selalu tampil dengan gaya retro berubah jadi cowo metroseksual yang selalu rapih dan keliatan macho. Ngga heran ayah dari dua orang anak yang udah pada remaja ini jadi keliatan lebih muda dan fresh. Dan karena perubahan bang David Bayu ini sekarang doi jadi presenter quiz tentang music yang tayang disalah satu station TV swasta.
Seminggu yang lalu akhirnya gue bisa ngeliat perform live mereka di salah satu mall yang ada di kota Bekasi. Sebenernya gue udah gamau lagi ke Bekasi (karna banyak kenagan sedih disana hehe) tapi demi ketemu NAIF gue relain ninggalin kegalauan gue dan akhirnya setelah hampir 19 tahun kenal band ini gue bisa ngeliat mereka. Gilak waktu pertama kali mereka kelaur dari backstage gue Cuma bisa diem dan rasanya mau nangis. Berasa mimpi karena bisa ngeliat mereka. Dan lebih senengnya lagi gue dapet kesempatan buat salaman sama bang David, rasanya gak mau cuci tangan selama seminggu hahaha.
Sebenernya masih banyak banget yang mau gue tulis tentang NAIF, tapi mungkin cukup segini dulu aja yang bisa gue tulis. Sukses selalu buat NAIF dan semoga kalian tetap berkarya sampe nanti tua di dalam saru band.

Lebih Dari Sekedar Rasa “MOCCA”

Mocca yang gue mau bahas kali ini bukan mocca salah satu varian rasa makanan atau minuman yang rasanya manis dan bikin nagih. Mocca yang mau gue bahas adalah band yang bernamakan  “MOCCA”  yang musiknya ngga kalah manis sama varian rasa ini.
Band asal bandung ini pertama kali muncul dalam kompilasi Delicatessen di tahun 2002. Band beraliran retro 70-an yang banyak terpengaruh bossa nova, swing, Swedish pop, dan jazz ini sudah mengelurkan lima album. Album pertama mereka “My Diary” (2003) meledak di pasaran dengan lagu hitsnya Secreat Admirer dan me and my boyfriend. Band jebolan Institut Teknologi Nasional Bandung  ini beranggotakan satu wanita si manis Arina, dan tiga cowo-cowo kece Riko, Toma dan Indra
Sejak kemunculannya di perindustrian music Indonesia, Mocca memang konsen menyanyikan lagu-lagu mereka dengan lirik berbahasa Ingrris dan itu menjadi ciri khas band mereka. Ost. Untuk Rena adalah satu-satunya album Mocca dengan lirik berbahasa Indonesia. Lagu yang berjudul “Untuk Rena” menjadi lagi andalan pada album ini. Gue sendiri cukup suka dengan lagu-lagu di album ini, cocok untuk lagu penghantar sebelum tidur karna sangat easy lestening.
Keunikan lain dari band ini adalah sang vokalis dan satu-satunya personel perempuan di band ini Erina Ephipania Simangunsong pintar memainkan alat music Flute, membuat setiap lagu-lagu dari Mocca ini lebih terdengar manis dan easy listening. Band Mocca sendiri memang kurang popular di Indonesia namun, di Internasional band ini cukup mempunyai tempat di hati para penikmat music, khususnya di negeri gingseng Korea. Bahkan salah satu lagu Mocca “Happy” dari album ost. Untuk Rena menjadi salah satu soundtrack drama korea yang berjudul cool guys hot ramen atau juga dikenal dengan flower boy of the ramyun shop. Mocca juga pernah mengisi soundtrack salah satu film indie korea yang berjudul Bandhobi.
Mocca cukup laris di pasar permusikan Korea. Terbukti Mocca sering wara-wiri di berbagai acara music Korea, lagu-lagu mereka pun sering di putar di berbagai stasiun  TV menjadi backsound di acara-acara reality show negeri seribu boyband tersebut (hahaha gue buat julukan sendiri). Tidak Cuma Korea, Mocca juga cukup di kenal sampai ke Negeri Sakura Jepang, Malaysia, singapura, Thailand dan banyak Negara lainnya.
Gue sendiri tau Mocca udah cukup lama. Pertama liat Mocca di Mtv waktu SD. Awalnya gue biasa aja dengan band ini, hanya suka denger lagu-lagunya karena musiknya yang kedengeran ceria dan bikin mood jadi bagus. Tapi belakangan kaka gue sering banget muterin lagu-lagu mocca di computer, dan secara ga sadar jadi tau-tau banyak lagu Mocca dan mulai jatuh hati sama band ini.
Sayangnya waktu gue mulai suka dengan band ini, Mocca malah  memutuskan untuk vacum sementara, di karenakan Irana sang vokalis pindah domisili ke Amerika ikut suaminya yang kebetulan tinggal di situ. Padahal kepengen banget bisa liat perform mereka secara langsung.
Tapiiiii, beberapa bulan yang lalu akhirnya Mocca memutuskan untuk comeback dan ngeluarin album yang bertajuk “Home”. Kenapa nama albumnya home?  Mereka bilang itu adalah perjalanan panjang menuju rumah, karena semua anggota band Mocca ini sudah berkeluarga jadi mereka menganggap Mocca adalah rumah, bukan House but Home. Ya menurut gue juga dengan mendengar lagu-lagunya Mocca kita berasa sedang ada di rumah. karena rumah biasanya memberikan kita sebuah ketenangan dan kehangatan begitu juga saat mendengar lagu-lagu Mocca tenang dan hangat #tsahhhhhhhhh
Oke segitu dulu aja review singkat gue tentang band kece asal bandung ini. Semoga suatu saat di beri kesempatan buat ngeliat perform mereka langsung. Tetap cintai music-music Indonesia yang berkualitas ya.